Reputasi staff bertaraf international

Membangun universitas bertaraf internasional tidak lepas dari membangun staff bertaraf international.

Ada pertanyaan dari seorang kawan di Luar Negeri yang menurut saya sangat menarik untuk dibahas dan didiskusikan.

Jika ada pendaftar dg kualifikasi s3, ada ngga perbedaannya (dlm hal grade kepegawaian) antara yg pengalaman kerja nol thn dengan pengalaman 5 thn or so?

Memang ini pertanyaan yang cukup sulit dijawab dalam kerangka kinerja bertaraf internasional…..


Skema kepegawaian di PNS memang sudah mulai membedakan reward atas tingkat pendidikan seseorang. Seseorang dengan kualifikasi S3 (seingat saya) dapat langsung ke Lektor asalkan kredit point sudah mencukupi.

Selanjutnya jika kredit pointnya sudah memenuhi, setelah lektor dapat langsung loncat ke guru besar.
Reward dari pemerintah untuk GB ‘katanya’ sudah sampai ke level 13 jt.

Dengan UU Guru dan Dosen, Seseorang yang sudah lektor kepala dapat diajukan untuk sertifikasi dengan reward tambahan 1x gaji. Tetapi dosen S3 yang tetap Asisten ahli tidak diusulkan. Ini adalah pola/mekanisme reward pada profesi dosen secara umum di Indonesia sekarang.

Pengalaman kerja memang “hanya” dijadikan pertimbangan untuk pengangkatan pertama diantara pelamar yang ada. Karena logika yang dipakai adalah pengalaman kerja tidak berhubungan langsung dengan kontribusi pada institusi yang baru dimasuki (memang cara berfikirnya berbeda dengan perusahaan).

Beberapa PT di Indonesia mulai berani memberikan reward bagi staffnya yang excellent. Reward diberikan atas hasil karya yang bersangkutan pada tahun berjalan. Ada PT yang berani memberikan reward +/- 13 jt per bulan untuk pencapaian target dan prestasi international.

Sedangkan UNS sudah mulai bergerak pada beberapa level misalnya reward atas jurnal international, reward atas konferensi international, reward untuk dosen berprestasi, reward atas bimbingan kemahasiswaan, dll. Belum revolusioner memang dan ini dapat dimengerti karena aturan PTN yang sangat ketat. Ada beberapa strategi sebenarnya yang menarik untuk diimplementasikan bagi kawan-kawan yang di LN dan tetap ingin di LN dan masih menjalin hubungan ke Indonesia, tetapi memang eksekusi di level kebijakan masih lemah, jadi saya tidak berani mengungkap lebih jauh strategi tsb.

Mudah-mudahan pengamatan pribadi ini bermanfaat…

Solo, 28 Juli 2009